Jakarta – Sejumlah BUMN memiliki utang ke PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Manajemen Adhi Karya secara bertahap akan menagih utang tersebut sehingga meringankan utang perusahaan.

Adapun BUMN yang memiliki utang ke Adhi Karya antara lain PT KAI (Persero), PT Hutama Karya (Persero), PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II.

Direktur Utama Adhi Karya Tbk Entus Asnawi Mukhson mengatakan, perusahaan memiliki piutang Rp 18 triliun, di mana setengah piutang itu berasal dari perusahaan pelat merah lain.

“Dari Rp 18 triliun piutang ini, separuhnya dari BUMN-BUMN termasuk misalnya Angkasa Pura, Angkasa Pura I dan II kebetulan kita mengerjakan juga pekerjaan-pekerjaan bandara sebelumnya,” katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI, Jakarta, Rabu (9/11/2022).

Entus memaparkan, Adhi Karya mendapat pekerjaan senilai Rp 8,1 triliun dari Hutama Karya. Dari pekerjaan tersebut, sebanyak Rp 5,3 triliun telah dibayarkan oleh Hutama Karya.

“Sisanya kan nanti Hutama Karya juga ada bagian PMN (penyertaan modal negara) yang dibayarkan ke kami,” katanya.

Kemudian, piutang Adhi Karya berasal dari proyek LRT Jabodebek. Entus menjelaskan, Adhi Karya mendapatkan pekerjaan LRT untuk prasarana senilai Rp 23,3 triliun.

Dari nilai tersebut, sebanyak Rp 4,2 triliun pembayarannya dengan skema turn key. Artinya, pembayaran akan diterima Adhi Karya ketika proyek itu rampung.

“Dari Rp 23,3 triliun pekerjaan kami di prasarana, ini Rp 4,2 triliunnya ini turn key, pembayarnya KAI,” katanya.

Dengan demikian, ada utang sebesar Rp 19,1 triliun yang tidak menggunakan skema turn key. Dari Rp 19,1 triliun itu, utang yang telah dibayarkan Rp 15,6 triliun.

Sehingga, masih ada utang sekitar Rp 3,4 triliun di luar turn key yang belum terbayarkan. Entus mengatakan, utang ini akan ditagih secara bertahap sehingga bisa mengurangi utang perusahaan.

“Jadi kurang lebih ada Rp 3,4 triliun, di situ yang nanti secara bertahap kami tagihkan juga. Dan tentu pencairan ini akan mengurangi utang-utang kami yang selama ini ada,” ujarnya.

“Jadi Rp 4,2 triliun bagian turn key, sisanya dari Rp 3,4 triliun memang masih ada yang kami belum ditagihkan,” tambahnya.

Sementara itu, Adhi Karya sedang mengincar dana Rp 1,898 triliun dari rights issue. Namun, aksi korporasi ini tak optimal.

Entus mengatakan, pihaknya menyiapkan sejumlah opsi pembiayaan agar proyek yang dikerjakan tetap berjalan. Opsi yang disiapkan yakni menggunakan dana sendiri atau pinjaman.

“Ini memang dengan pencapaiannya yang tidak optimal dari rights issue, kemungkinan kami akan memenuhi pendanaannya dengan dana sendiri atau dana pinjaman, diharapkan proyeknya bisa berjalan terus,” terangnya.

Entus mengatakan, dana dari rights issue ini akan digunakan untuk sejumlah proyek. Salah satunya, Tol JORR Elevated ruas Cikunir-Ulujami.

“Untuk rights issue-nya penggunaannya akan digunakan Tol JORR Elevated ruas Cikunir-Ulujami, preservasi jalan timur lintas Sumatera Selatan, dan ada fasilitas pengelolaan limbah terpadu Kawasan Industri Medan, di KIM,” ungkapnya.

Proses rights issue sendiri masih berjalan. Entus mengatakan, dana yang masuk dari aksi korporasi ini baru 36%. “Dan untuk proses rights issue, hari ini adalah di bagian poin terakhir tanggal 9-11 November ini pembelian saham tambahan dan penjatahan saham tambahan, mudah-mudahan 2 hari ini bisa ada tambahan lebih banyak. Karena catatan sementara kami yang sudah masuk dananya, good fund itu baru 36%,” imbuhnya.

(acd/das)
sumber